Sajian Otentik Bali di Ibu Kota
Restoran di mal papa natas di Jakarta cenderung didominasi masakan dari luar negeri. Berangkat dari keprihatinan ini, beberapa anak muda bertekad memperkenalkan masakan otentik Tanah Air-terutama dari Bali-untuk disajikan di hiruk-pikuknya pusat perbelanjaan. Masakan khas “Pulau Dewata” dihadirkan dengan resep otentik tradisional, tetapi dengan kemasan modern, suasana rumahan, dan halal.
Ada Restoran Taliwang Bali yang
sudah merambah ketiga mal papan atas hingga Restoran Le Seminyak yang pernah
disajikan di mal, sebelum kemudian memilih berlokasi di Cipete Raya, Jakarta
Selatan. Pangsa pasar yang dibidik oleh restoran-restoran ini adalah masyarakat
menengah ke atas yang mengapresiasi masakan Nusantara, sekaligus menyasar anak
mudaserta masyarakat yang belum mengenal masakan Bali.
Setelah hadir di Emporium Pluit Mall
selama setahun, Restoran Taliwang Bali membuka dua cabang baru di mal Grand
Indonesia dan Pacific Palace. Suasana kehangatan tropis ala Bali segera
menyergap ketika memasuki Restoran Taliwang Bali dengan atmosfer pedesaan yang
dihadirkan dari lukisan dua dimensi sawah berasering di Ubud hingga dinding
restoran yang sengaja tidak disemen. Nuansa Bali diperkuat dengan alunan gamelan
ala Bali.
Pemilik Restoran Taliwang Bali,
Franciska Renny, menyebutkan lahirnya restoran tersebut karena kecintaan pada
masakan Nusantara. Masakan ala Lombok dan Bali yang dihadirkan benar-benar
otentik berdasrkan resep turun-temurun dari sang nenek, yang juga lahir di
Bali, dengna bumbu dasar ala Bali yang disebut base magenep. Keluarga besar Renny hingga kini juga masih membuka
Restoran Taliwang Bali di Bali yang berdiri sejak 1987.
Menu-menu andalan ala Lombok yang
digemari di Restoran Taliwang Bali juga kemudian dihadirkan di Restoran
Taliwang Bali. Menu khas Lombok tersebut antara lain ayam bakar taliwang, ayam
bakar plecing, dan ayam sasak. “Kami berasala dari keluarga Bali. Saya dari
kecil sudah berbiasa dengan masakan Bali di rumah. Kuliner Lombok mirip dengan
Bali karena hanay dibatasi selat,” kata Renny.
Bagi pengunjung yang baru pertama
kali menjajal masakan Bali-Lombok, Renny menyarankan utuk memulai dengna
mencicipi paket ayam bakar taliwnag. Ayam taliwang yang merupakan ayam muda
yangdisajikan persetengah ekor dengna kaki dilipat ini disantap berteman nasi,
plecing kangkung, dan samabal. Seluruh bahan daging ayam yang digunakan di
Restoran Taliwang Bali adalah ayam kampung. Proses pembakaran ayam dilakukan di
dapur pusat dengna memakai arang batok kelapa dengan beragam tingkat
kematangan.
Kekayaan kuliner dari Lombok adalah
ayam bakar sasak dan ayam plecing. Ayam bakar sasak disajikan berupa
potongan-potongan kecil ayam yang sebelumnya sudah dibakar, lalu digoreng.
Potongan ayam bakar sasak ini disajikan dengan taburan bumbu potongan tomat
segar dan bawang merah segar. Rasanya ketika masuk mulut menumbuhkan sensasi
kenyal seperti dikunya-kunyah dengan perpaduan pedas segar.
Kaya bumbu
Masakan khas Lombok memiliki
kemiripan dengan masakan Bali, terutama pada kekayaan bumbunyua. Untuk satu
piring hidangan, ada beragam jenis bumbu yang kelihatannya sangat ruwet saking
banyaknya. Bumbu ini semakin terlihat kompleks karena kuliner khas Bali sangat
beragam. Tiap daerah mimiliki ciri khasnya masing-masing. Betutu, misalnya,
menjadi ciri khas Gianyar, sedangkan ikan nyat-nyat dari Bangli. “Semua
didatangkan ke restoran ini saupya kian kenal masakan Bali yang kaya rempah dan
menyehatkan,” lanjut Renny.
Nasi ayam betutu dihidangkan dengan
sayur daun singkong, tumb ayam, sate lilit, an sambal matah. Makanan
tradisional lainnya dari Bali adalah nasi be paseh alias ikan goreng dengan
sambal bongkot. SAmbal bongkot ini unik karena dibuat dari bunga kecombrang
atau terasi masih sengan didatangkan langsung dari Bali. Upaya mendatangkan
bumbu langsung dari Bali ini menjadi salah satu keseriusan untuk menghadirkan
menu masakan yang otentik Bali.
Mengadopsi kebiasaan orang Bali yang
suka ngerujak pada sore hari.
Restoran Taliwang Bali pun menghadirkan aneka jenis rujak, seperti rujak gula
buah, rujak rambutan buleleng, rujak kuah pindang, hingga es rujak serut.
Camilan lain yang sering kali cepat ludes terjual adalah aneka camilan khas
tradisional Bali yang diberi nama jaje Bali. Berbeda dengan kolak yang biasanya
disajikan hangat, kolak Bali justru dihidangkan dengan tambahan es.
Kekayaan bumbu khas Bali pula yang
ditonjolkan di Restoran Le Seminyak. Berdiri sejak 2008, restoran ini beberapa
tahun beroperasi di Pacific Palace sebelum menempati lokasi di Cipete Raya, Jakarta Selatan. “Buka
Restoran Bali awalnay banyak kebetulan. Saya belajar meditasi pagi di Ubud,
pukul 6 pagi tercium aroma kelapa dan bumbu lagi dipanggang. Harum banget naik
ke atas. Fokusnya jadi ke makanan. Sejak itu kepikiran, masakan Bali yang kayak ok enggak dikenal,” kata Novi
Kusuma, pengelola Restoran Le Seminyak.
Ketika pertama kali membuka
restoran, Novi tak membayangkan bahwa ternyata bumbu masakan Bali sangat
kompleks. Ada setidaknya 22 jenis bumbu. Bumbu atau base dasar masakannya pun
berbeda-beda, tergantung dari jenis maskaan yang diolah. Masakan untuk mengolah
bahan dari binatang kaki dua sangat berbeda dengan kaki empat atau binagtang di
dalma air . Base gede menjadi induk
dari seluruh bumbu Bali yang antara lain terdiri dari bawang merah, bawang
putih, dan cengkeh.
Base be siap
untuk unggas, kecuali bebek, base sampi
untuk binatang kaki empat, dan base be pasih untuk hewan yang hidup di air. Ada
pula base jukut sebagai bumbu memasak aneka sayuran. Sambal yang dihidangkan
pun berankea ragam, mulai tomat, hingga sambal serai. “Di Bali, rsep enggak
pakai gramasi. tapi genggaman,” tambah I Ketut Yudasena yang menjadi Advisor
Restoran Le Seminyak.
Filosofi hidup
Semua masakan yang dihadirkan di
Restoran Le Seminyak ternyata tak sekadar enak. Ada filosofi tentang hidup yagn
tersimpan dalam setiap masakannya. Menu sate lilit ayam dan ikan, mislany,a
melrupakan hidangan yang selalu ada dalam setiap pesta di wilayah pedesaan
Bali. Ada kebersamaan ketika warga bergotong royong melilit daging giling menjadi aneka raga me3jnis
sate. Kreator Menu Restoran Le Seminyak, I Nyoman Lother Arsana, menyebutkan,
ada 51 jenis sate yang resepnya bisa dijumpai di buku kuno masakan Bali.
Sate lilit umumnya berbentuk gada
yang menyerupai senjata dewa Brahma. Jenis daging yang dimask pun punya
filosofinya masing-masing. Bebek, misalnya, biasanya digunakan sebagai
pesembahan bagi Tuhan. Bebek dianggap sebagai binatang yagn jujur dan disiplin.
Karakternya berbeda dengan ayam yang suka bertengkar.
Chef Lother, yang pernah
berpengalaman lebih dari 30 tahun menjadi executive chef di Grand Hyat Bali,
juga telah membukukan resep
turun-temurun tradisional Bali agar lebih dikenal masyarakat luas. “Sentuhan
tangan masakan Bali di luar Bali itu juga berbeda tergantung dari mana mereka
mendapat pelajaran memasak dulu. Kurang satu bumbu saja akan sangat berbeda rasanya, “ ujar Chef Lother.
Keragaman menu dari setiap daerah di
Bali pun dihadirkan di Restoran Le Seminyak. Ayam betutu di restoran ini
mengadopsi cara memasak di wilayah pedamaman yagn disajikan tanpa kuah. Ini
berbeda dengan betutu di kawasan pantai yang leibh berkuah .Menu lain yang
sayan jika dilewatkan alah ikan baramudi bakar madu dnegna daging lembut serta
sayur pucuk waluh.
Bersantap ala Bali di Restoran Le
Seminyak semaki nmenumbuhkan ketenangan karena susananya yang rumahan. Ketika
menginjakkan kaki di restoran tersebut, pengunjung seolah bisa bernostalgia
dengan suasana liburan di Bali. “Kami ingin menciptakan suasana speerti oase
seperti ketika pesawat landing di
Bali,” ucap Novi.
Liburan dengan kuliner ala Bali yang ternyata
tak perlu jauh-jauh melangkah ke luar dari Ibu Kota. [Sumber : Kompas, Minggu,
11 Maret 2018|Oleh: Mawar Kusuma]
Comments
Post a Comment